persislembang.or.id

Tingkatan Orang dalam Memahami Agama

Memahami agama merupakan kewajiban setiap Muslim, tetapi kemampuan seseorang dalam memahami agama memiliki tingkatan yang berbeda. Dalam Islam, ada tiga tingkatan utama yang membedakan cara seseorang mendalami agama, yaitu mujtahid, muttabi’, dan muqallid. Artikel ini akan menjelaskan masing-masing tingkatan tersebut, dilengkapi dengan pandangan ulama dan keutamaan menuntut ilmu agama.

1. Mujtahid

Mujtahid adalah orang yang memiliki kemampuan istimewa dalam menggali hukum syariat langsung dari sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka menggunakan metode istinbath (menggali hukum) untuk menetapkan keputusan syariat. Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seorang hakim berijtihad lalu menetapkan suatu hukum dan benar, maka dia mendapatkan dua ganjaran. Dan apabila dia menetapkan hukum dan keliru, maka dia mendapatkan satu ganjaran.” (HR. Bukhari).

2. Muttabi’

Muttabi’ adalah orang yang mengikuti pendapat ulama tertentu dengan pemahaman terhadap sumber dalilnya. Mereka tidak hanya menerima pendapat tanpa alasan, tetapi memastikan bahwa pendapat tersebut didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah SWT berfirman:
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS. Al-A’raf: 3).

3. Muqallid

Muqallid adalah orang yang mengikuti pendapat ulama tanpa mengetahui dalil yang mendasarinya. Posisi ini biasanya diambil oleh orang yang belum mampu memahami dalil secara mendalam. Namun, Allah SWT mengingatkan:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan Rasul.’ Mereka menjawab: ‘Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.’ Apakah mereka akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun tidak mengetahui apa-apa?” (QS. Al-Maidah: 104).

Pandangan Fuqaha tentang Taqlid

Para ulama besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal memberikan pandangan yang tegas tentang pentingnya memahami dalil. Beberapa kutipan berikut menggambarkan pandangan mereka:

Imam Abu Hanifah:

لَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يَقُولَ بِقَوْلِنَا , حَتَّى يَعْلَمَ مِنْ أَيْنَ قُلْنَاهُ

“Tidak halal bagi seseorang mengatakan pendapat kami, sehingga dia mengetahui sumber pengambilannya.” (Al-Qaul Al-Mufid fi Adillah Al-Ijtihad wa At-Taqlid : 42)

Imam Malik:

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُخْطِيءُ وَأُصِيْبُ، فَانْظُرُوْا فِي قَوْلِي، فَكُلُّ مَا خَالَفَ اْلكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَاتْرُكُوْهُ

“Aku hanyalah manusia biasa, suka salah dan suka benar, maka perhatikanlah pendapatku! Setiap yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, tinggalkanlah.” (Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam, 6/149)

Imam Syafi’i :

مَا قُلْتُ وَكَانَ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – قَدْ قَالَ بِخِلاَفِ قَوْلِي، فَمَا صَحَّ مِنْ حَدِيْثِ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – أَوْلَى، وَلاَ تُقَلِّدُوْنِي

“Apabila aku berpendapat, sedangkan sabda Nabi SAW bertentangan dengan pendapatku, maka sabda Nabi SAW yang shahih lebih utama, dan janganlah kalian taqlid kepadaku.” (Al-Qaul Al-Mufid fi Adillah Al-Ijtihad wa At-Taqlid : 56)

Imam Abu Hanifah :

لاَ تُقَلِّدُوْنِي وَلاَ مَالِكًا وَلاَ الشَّافِعِيَّ وَلاَ اْلأَوْزَاعِيَّ وَلاَ الثَّوْرِيَّ، وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوْا

“Janganlah kalian taqlid kepadaku, Imam Malik, As-Syafi’I,  Al-Auza’I dan As-Tsauri, akan tetapi ambillah dari sumber pengambilan mereka”. (At-Taqlid wa al-Ifta wa al-Istifta : 76)

Keutamaan Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu agama adalah amal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim).

Dalam hadis lain, beliau bersabda:
“Jadilah kamu orang yang pandai, atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan, atau orang yang mencintai ilmu. Janganlah kamu menjadi golongan kelima, maka kamu akan celaka.” (HR. Baihaqi).

Setiap Muslim berada pada tingkatan tertentu dalam memahami agama, mulai dari mujtahid hingga muqallid. Terlepas dari tingkatan tersebut, menuntut ilmu tetap menjadi kewajiban bagi setiap Muslim. Dengan ilmu, seorang Muslim dapat menjalankan kehidupannya sesuai syariat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Penulis : Muslim Nurdin, S.Pd.I (Tasykil PC Persis Lembang, Anggota Sekretariat Dewan Hisbah PP Persis)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top