persislembang.or.id

Benarkah Ramadan Awalnya Rahmat?

Bulan Ramadan selalu dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia karena keutamaannya yang luar biasa. Salah satu pernyataan yang sering muncul adalah bahwa Ramadan terbagi menjadi tiga fase: awal sebagai rahmat, pertengahan sebagai maghfirah (ampunan), dan akhir sebagai pembebasan dari api neraka. Namun, apakah klaim ini benar menurut ajaran Islam? Berikut penjelasannya berdasarkan hadis dan pandangan ulama.

Hadis yang Menyebut Ramadan Terbagi Tiga Fase

Riwayat yang sering dikutip berasal dari Salman Al-Farisi:

عَنْ سَلْمَانَ قَالَ خَطَبَنَا رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَعْبَانَ فَقَالَ : أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ شَهْرٌ مُبَارَكٌ شَهْرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ جَعَلَ الله صِيَامَهُ فَرِيْضَةً وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا … وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَاَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ. -ابن خزيمة-

Dari Salman, ia berkata : Pada akhir bulan Sya’ban Rasulullah saw mengkhutbahi kami, beliau bersabda : Hai manusia ! bulan yang agung, bulan yang penuh dengan berkah, bulan yang padanya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan telah menaungi kamu. Allah tetapkan shaum sebagai satu kewajiban, dan shalat pada malamnya sebagai tathawu’ (sunat). Siapa yang mendekatkan (melaksanakan) sesuatu kebaikan (sunat), maka (pahalanya) seperti (pahala) bagi orang yang menunaikan kewajiban. Dan siapa yang menunaikan kewajiban, (pahalanya) seperti (pahala) yang menunaikan kewajiban sebanyak tujuh puluh kali. Bulan itu adalah bulan (penuh dengan) kesabaran dan bersabar itu pahalanya adalah surga. Bulan penuh dengan kebaikan, bulan yang akan bertambah rizki seorang mukmin. Barang siapa memberi makan yang shaum pada bulan itu baginya maghfirah bagi dosa-dosanya dan lehernya akan terlepas dari api neraka, dan baginya (orang yang memberi makan) akan mendapat pahala seperti pahala yang diberikan kepada yang shaum tanpa terkurangi sedikitpun dari pahalanya itu. Para sahabat bertanya, kami semua tidak mendapatkan sesuatu untuk memberi makan yang shaum, beliau menjawab : Allah akan memberi pahala seperti ini kepada orang yang memberi makan yang shaum walaupun hanya dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau sesuatu yang dicampur dengan susu. Dan bulan itu adalah bulan yang awalnya penuh rahmat, pertengahannya penuh maghfirah dan akhirnya pembebasan dari neraka. (HR Ibnu Khizaimah 3/191, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/305-306, Al Haitsami dalam Musnad Al Harits 1/412 dengan sedikit perbedaan redaksi).

Sayangnya, hadis ini dinilai dhaif (lemah) karena kelemahan dalam sanadnya:

  1. Ali bin Zaid bin Jud’an – dinilai dhaif oleh banyak ulama, seperti Al-Bukhari dan Ahmad.
  2. Yusuf bin Zaid Al-Nahdi – dianggap munkar al-hadith (perawi hadis yang keliru).
  3. Iyyas bin Ghafar – dianggap majhul (tidak dikenal).

Hadis lain yang mirip juga diriwayatkan dari Abu Hurairah, tetapi sanadnya memiliki kelemahan serupa:

  1. Maslamah bin Shalt – perawi yang matruk (ditinggalkan karena kelemahannya).
  2. Salam bin Sawwar – dianggap munkar al-hadith.

Karena kelemahan ini, para ulama menyimpulkan bahwa pembagian Ramadan menjadi tiga fase (rahmat, maghfirah, dan pembebasan dari neraka) tidak memiliki dasar yang kuat.

Pandangan yang Sahih tentang Keutamaan Ramadan

Meskipun hadis di atas lemah, bukan berarti Ramadan kehilangan keistimewaannya. Justru, seluruh bulan Ramadan penuh dengan rahmat, maghfirah, dan kesempatan pembebasan dari neraka, sebagaimana ditegaskan dalam berbagai riwayat sahih.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Selain itu, Allah membuka pintu rahmat sepanjang Ramadan:

“Ketika datang malam pertama bulan Ramadan, setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup…”
(HR Bukhari dan Muslim)

Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa seluruh Ramadan adalah waktu untuk meraih rahmat, ampunan, dan pembebasan dari neraka, tanpa terbatas pada awal, pertengahan, atau akhir saja.

Kesimpulan dan Rekomendasi

  1. Hadis tentang Ramadan terbagi tiga fase tidak sahih. Klaim ini berasal dari riwayat yang sanadnya lemah dan tidak dapat dijadikan landasan hukum.
  2. Keutamaan Ramadan mencakup keseluruhan bulan, dari awal hingga akhir, sebagai bulan penuh berkah, rahmat, maghfirah, dan peluang untuk terbebas dari neraka.
  3. Fokus utama selama Ramadan adalah meningkatkan kualitas ibadah, seperti puasa, shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan memperbanyak sedekah.

Ajakan untuk Pembaca

Mari manfaatkan setiap momen di bulan Ramadan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jangan terjebak pada tradisi atau klaim tanpa dasar yang jelas, tetapi fokuslah pada ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Editor : Muhammad Rizal Fadillah

Penulis : Ahmad Wandi, M.Pd. (Kepala SDIT Istiqomah Lembang, anggota Musaíd Dewan Hisbah Persatuan Islam, dan Bidgar Dakwah PD Persis KBB. Beliau juga aktif sebagai asatidz di Pesantren Persis 50 Lembang.)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top